NataProperty.com, Tangerang – Tahun 2018 dan tahun 2019 merupakan tahun politik nasional. Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) telah digelar dan tahun depan Indonesia akan memilih pemimpin baru. Pesta demokrasi diyakini berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan properti nasional.
Pemerintah menetapkan tanggal 27 Juni 2018 lalu sebagai hari libur nasional untuk memberikan kesempatan kepada warga negara untuk memilih pemimpin kepala daerahnya.
Sebanyak 171 wilayah menggelar Pilkada serentak; 154 kota/kabupaten dan 17 provinsi, termasuk Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara.
Jelang Pilkada digelar, aktivitas politik yang kian intensif dan menghangat dikhawatirkan dapat memengaruhi iklim
investasi dan produksi di Indonesia, termasuk di sektor properti.
Mengacu dari data yang disediakan oleh beberapa sumber terpaparkan bahwa tidak ada gejolak tren harga properti menjelang Pilkada. Terutama jika berkaca pada dampak Pilkada Banten 2017 dan Pilkada DKI Jakarta 2017 yang sempat memanas.
Data tersebut memiliki akurasi data yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia, karena merupakan hasil analisis dari 400.000 listing
properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.
“Berkaca pada Pilkada DKI Jakarta 2017, di mana situasi cukup memanas dengan adanya demo yang berjilid-jilid, tren harga properti rupanya tetap stabil, baik sebelum dan sesudah Pilkada. Hal ini juga tercermin dalam kondisi properti di Banten jelang dan setelah Pilkada,” ujar seorang sumber.
Tren Tetap Menguat
Pilkada DKI Jakarta 2017, yang memenangkan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno digelar pada bulan Februari untuk putaran pertama dan April untuk putaran kedua. Sementara itu, Pilkada Banten 2017 yang memenangkan pasangan Wahidin Halim-Andika Hazrumy digelar satu putaran pada Februari.
Dari sebuah data survey menunjukkan bahwa tren harga properti DKI Jakarta menunjukkan peningkatan sebesar 2,1% dari kuartal keempat (Q4) 2016 (sebelum Pilkada) ke Q1 2017 (periode Pilkada). Sementara itu, pada Q2 2017 mengalami peningkatan sebesar 3,3% dibandingkan Q1 2017.
Tren yang sama juga terlihat pada tren harga properti di Banten. Peningkatan sebesar 0,4% terjadi pada Q1 2017 dibanding Q4 2016. Sementara pada Q2 2017 terjadi peningkatan sebesar 1,3% dibanding Q1 2017.
Menjelang Pilkada 2018, penurunan terlihat terjadi pada kuartal pertama 2018. DKI Jakarta turun sebesar 0,39% (quarter-on-quarter) sedangkan Banten turun 1,8%. Namun hal ini diyakini bukan akibat Pilkada, melainkan siklus tahunan. (ES)