Nataproptech, Serpong – Kaum milenial berperan besar terhadap perlambatan penjualan properti yang diakui sejumlah developer. Melambatnya aktivitas penjualan properti tidak hanya berasal dari kondisi ekonomi makro, tapi juga faktor kenaikan harga sebagai dampak harga tanah yang juga melonjak.
Faktor lainnya seperti karakteristik generasi milenial yang lebih menyukai tinggal di hunian sewa dibandingkan membeli rumah, yang menjadi salah satu penyebab mengapa tingkat penjualan properti nasional mengalami pelambatan. Generasi milenial lebih memikirkan kehidupan dan tempat tinggal secara sementara. Padahal, diperkirakan jumlah milenial di Indonesia saat ini mencapai 81 juta jiwa.
Sementara itu Survei Harga Properti Residensial Bank Indonesia menunjukkan adanya perlambatan kenaikan harga properti residensial di pasar primer selama kuartal II/2019. Perlambatan kenaikan harga properti residensial terjadi terjadi pada semua tipe rumah. Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal II/2019 hanya mampu tumbuh 0,20% secara kurtalan dibanding kuartal sebelumnya yang mencapai 0,49%. Volume penjualan properti residensial pada kuartal II/2019 tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan -15,90% (q-t-q), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 23,77% (q-t-q).
Selama beberapa tahun ke depan, tren hunian di Indonesia sedikit demi sedikit memang akan bergeser menjadi sewa tinggal. Pasalnya, generasi milenial memiliki daya tarik dan gaya hidup yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Gaya hidup milenial yang instan, tidak ribet, fleksibel serta berharap memiliki fasilitas lengkap dalam satu lingkungan mendorong lahirnya tren ini.
Para milenial lebih suka tinggal dalam satu hunian yang memiliki fasilitas lengkap dan instan. Di sisi lain, gaji yang naiknya tidak sepadan dengan kenaikan harga rumah juga mendorong tren ini lahir. Faktanya, harga properti selalu lebih tinggi dibandingkan dengan penghasilan.Kenaikan harga properti setiap tahun mencapai 17%, tidak sebanding dengan kenaikan rata-rata gaji yang hanya mengalami kenaikan sebesar 10%.
Pertumbuhan penjualan hunian segmen menengah dan atas masih prospektif dengan jenis hunian vertikal, seperti apartemen dan kondominium yang menyasar kaum milenial. Untuk itu, pengembang dituntut memahami kebutuhan kaum muda tersebut sehingga tertarik untuk berinvestasi properti.
Milenial memiliki potensi cukup besar untuk menjadi pasar prospektif karena dengan cicilan yang terjangkau serta kemudahan pembayaran, mereka sudah bisa memiliki hunian layak huni baik sebagai tempat tinggal maupun investasi. (EC)